WeW: Dia Sayang Sama Lo
Rabu, 22 Juni 2016

Dia Sayang Sama Lo

Beberapa jam yang lalu, temen gue si Andri curhat ke gue.

“Per, gue mau ngomong sesuatu.” Kata Andri menunduk lesu.

“Yaudah, ngomong aja.” Seru gue.

“Gue mau bilang…. Kalau… gu…..”

“Tu…tunggu. Jangan bilang lo mau nembak gue.” dengan cepat gue potong, karena seolah-olah, nih anak mau nembak gue. Plis. Gue normal.

“Nggak kok.”

“Ya… terus?”

“Gue mau bilang kalau gue lagi galau banget.”

“Oh…. Lagi galau.”

“Kok lo responnya biasa aja sih.”

“Ya masa gue harus salto sambil bilang WOW.”

“Lo ngertiin gue dikit kek. Gue beneran lagi down banget.” Pintanya dengan nada memelas.

“Yaudah, iya. Cerita aja, bro.” gue nggak tega liat Andri yang kayanya emang lagi down banget. Bisa gue lihat dari mukanya yang pucat pasi, bibir pecah-pecah, dan matanya yang sembab. Kayanya abis nangis, nih bocah.


“Jadi gini…..”

“Iya kenapa?”

“Pertama gue mau nanya deh.”

“Lo sebenernya mau cerita apa mau nanya, sih?”

“Kok lo gitu.”

“Iya… iya. Oke. Silahkan. Mau nanya apa?”

“Wajar nggak sih, cemburu  ke sahabat cewek gue yang cowok?”

Oh. Jadi masalahnya tentang dia sama ceweknya. Perlu kita ketahui bahwa temen gue ini punya cewek. Namanya Sari. Orangnya bisa gue bilang baik banget. Calon istri idaman dah pokoknya. Udah lumayan lama pacarannya, malah rencananya mereka mau menikah tahun depan. Tapi, nih anak malah tiba-tiba curhat ke gue kayak gitu. Ada apa ya?

“Em. Wajar aja, sih. Tapi..”

“Tapi apa?” belum selesei ngomong, udah dipotong sama dia duluan.

“Tapi, tergantung situasinya kaya gimana dulu. Makanya lo cerita dulu. Baru nanya. Gue pukul, nih.”

“Kok lo gitu, sih.”

“Iya… iya. Maap.”

“Lo tahu cewek gue kan?”

“Iya. Gue tahu.”

“Nah, cewek gue ini sebelum pacaran sama gue, dia punya sahabat cowok. Lo dulu udah tahu kan gimana perjuangan gue buat dapetin hati dia. Nah, di sela-sela perjuangan, gue selalu ngeliat dia akrab banget sama sahabat cowoknya itu.”

“Ya pantes akrab lah. Namanya juga sahabat.”

“Jangan dipotong dulu. Belum selesai.”

“Iyaa.”

“Awalnya gue biasa aja melihat mereka berdua akrab banget. Tapi, lama-lama kok nggak enak dilihat ya. Lama-lama gue nggak nyaman dengan pemandangan itu. Lama-lama gue jadi nggak suka liatnya. Di saat gue sedang berjuang mendapatkan hati dia, malah ada orang lain yang deket banget sama dia. Mungkin gue cemburu.

Hingga akhirnya gue berhasil membuat hatinya luluh. Namun, gue masih terbayang-bayang dengan sahabat cowoknya itu. Mereka masih aja akrab. Mungkin bagi mereka keakraban itu biasa aja. Tapi bagi gue kok agak nyesek gimana gitu, ya. Gue nggak suka aja tiap kali liat mereka bercanda berdua. Saling ngasih perhatian satu sama lain. Saling membantu satu sama lain. Gue nggak tahan, Per li…li…liat-nya.”

“Eh, jangan nangis juga. Duh. Udah… cup…cup…..” Gue jadi kaya momong bayi gini. Tapi, nggak tega juga sih liat dia nangis sesenggukan.

“Jadi gitu, Per. Kebiasaan itu terbawa sampai sekarang. Gue nggak suka dengan hubungan mereka yang begitu dekat.”

“Oh. Gitu. Btw, lo nggak sukanya ke sahabat cowok itu doang atau ada orang lain lagi?”

“Ada beberapa, sih. Tapi nggak tahu kenapa gue paling nggak suka sama yang sahabat cowoknya itu.”

“Yuadah sabar aja.”

“Gitu doang masa?”

“Terus piye? Maunya gimana?”

“Kasih saran kek. Apa kek.”

“Em. Saran ya? Gue sih nggak punya saran khusus buat lo sih. Cuma kalau dilihat dari masalahnya, yang bikin lo nggak suka dengan hubungan mereka tuh karena kebiasaan kali ya. Dari pendekatan lo udah sering liat cewek lo akrab banget sama sahabat cowoknya. Nah, kebiasaan lo adalah lo nggak suka saat mereka begitu akrab, bahkan mungkin malah kayak pasangan.”

“Nah, iya gitu. Akrab banget. Gue kadang mikir, ini pacarnya mana, sahabatnya mana.”

“Ya gitu. Makanya sampe sekarang lo susah buat ngilangin kebiasaan itu.”

 “Jadi gue harus gimana, Per?”

“Gimana ya. Sebelumnya lo pernah bilang nggak ke dia, kalau lo nggak suka dengan kedekatan dan keakraban dia dengan sahabat cowoknya.”

“Sering banget, Per. Tapi tiap kali gue bilang gitu, dia selalu bilang kalau dia nggak ada apa-apa sama sahabatnya itu.”

“Nah. Itu dia udah bilang gitu. Santai aja kan kalau gitu.”

“Tapi, masa iya sih, dia deket banget sama sahabat COWOKnya disaat ada gue disampingnya. Siapa sih yang nyaman ngeliat pacar kita lebih akrab sama orang lain daripada sama kita sendiri. Siapa Per?! Kasih tahu gue, siapa?!”

“Gue juga nggak tahu. Tergantung orangnya, sih. Ada cowok yang biasa aja dengan hal seperti itu. Ada juga cowok yang nggak suka liat hal seperti itu, contohnya lo.”

“Kalau lo jadi gue, lo harus gimana?”

“Gue juga nggak tahu Dri. Gue pernah mengalami seperti yang lo alami.”

“Lo pernah?”

“Iya. Di saat gue udah ngasih tahu ke dia, ‘gue nggak suka liat ini’, dia seolah-olah mengabaikan gue Dri. Gue ngerasa udah ngomong panjang lebar, tapi dia kaya nggak peduli sama omongin gue. Rasanya nggak enak banget. Di situ juga gue bingung harus gimana. Mungkin sama kaya lo yang sekarang.”

“Kok lo jadi ikutan curhat.” -_-

“Duh. Sorry-sorry. Kebawa suasana. Heheu”

“Yaudah. Gue harus gimana?”

“Itu kan gue bilang kagak tahu Dri.”

“Yaelah. Kasih motivasi kek. Saran kek. Lo kan sok tahu, Per. Nah, sok tahu aja ngasih sarannya.”

“Kampret.” -_-

“Yaudah apa?”

“Maksa banget lu.” -_-

“Apa, Per?”

“Iya. Bentar, gue lagi mikir nih.” Gue mencoba memikirkan tentang kata-kata sok tahu gue untuk memberi dia saran atau semacamnya.

“Buruan!”

“Iye.”

“Apaan?”

“Belum nemu.”

“Lu mah….”

“Gini aja, Dri. Pertama: lo kan pacarannya udah lama. Udah dua tahunan lah ya. Kedua: lo ada rencana nikah tahun depan. Ketiga: lo pasti sayang sama dia.”

“Terus?”

“Gue tahu rasanya gimana perasaan lo atas apa yang lo alami. Emang nggak enak Dri. Rasanya di hati emang panas. Cuma jangan terlalu ngikutin ego lu. Lu harus mikir, hubungan kalian itu udah jauh. Udah mau nikah. Jadi lu harus mengontrol ego lu. Susah sih iya, tapi harus dibiasakan dari sekarang.

Gue yakin cewek lo sebenernya ngerti dengan apa yang lo bilang. Lo bilang kalau lo nggak suka ketika dia deket dan akrab banget sama sahabat cowoknya itu kan. Nah, dia mungkin juga butuh pembiasaan. Dia butuh waktu untuk membuat kebiasaan lama dengan sahabat cowoknya itu pudar bahkan hilang. Selama itu, lu harus ngerti. Belajar dewasa dikit lah. Udah gede kan, bro. Heheu

Gue tahu, lo orangnya sensitif banget. Gampang tersinggung. Jadi wajar aja kalo lo liat kejadian kaya gitu lo bakal nggak suka. Gue tahu hati lo terlalu lembut untuk ukuran seorang cowok. Mental lo lemah. Cemen. Apalagi soal wanita. Lo terlalu takut untuk memulai. Lo terlalu tidak percaya diri.

Hingga akhirnya lo ketemu sama dia kan. Sama Sari. Gue tahu pendekatan lo terlalu brutal. Lo pas ngedektin dia, terlalu vulgar mengatakan kalau lo sangat ingin memilikinya. Walaupun dia sempat ilfeel, tapi akhirnya lo bisa dapetin dia kan. Perjuangan lo nggak sia-sia, Bro.

Gue tahu lo selalu merasa beruntung mendapatkan wanita sebaik dia. Gue bisa bilang kalau dia baik banget, Dri. Lo bisa nyari cewek yang lebih cantik di luar sana, tapi gue rasa lo akan kesulitan mencari wanita seperti dia. Percaya sama Tuhan dan sama gue. Dia sayang banget sama lo."

“Makasih, Per.”

“Gitu doang?”

“Ya masa gue harus salto sambil bilang WOW.”

“Asek. Galaunya ilang nih.”

“Lumayan lah.”

“Bagus lah.”

“Makasih ya.”

“Santai aja.”

“Gue boleh nggak..”

“Apaan?”

“Peluk lo.”

“Dih. Ogah.”

“Peeer”

“Apaan sih.”

“Gue peluk ya.”

“Ogah. Sono lu ama cewek lu bae.”

“Peeer.”

“Woe. Sadar woe…..”


Gue lari terbirit-birit, takut keperjakaan gue diambil sama bocah gendeng ini.

3 komentar:

  1. lo bijaak juga ya kalo diliat liat hehe dari cara lo jawabin omongan temen lo hehe

    BalasHapus
  2. Mas per, kan cuma jelasin gimana seharusnya si cowok. Terus ceweknya harusnya gimana?

    BalasHapus

WeW