Akhirnya nonton.
Tepatnya tanggal 25 April kemarin Avengers Infinity War tayang di
Indonesia. Film ini bisa dibilang sebagai konklusi dari Marvel Cinematic Universe (MCU) yang udah berjalan 10 tahun semenjak
film Iron Man tahun 2008.
Setelah menghindari sosmed selama
kurang lebih dua hari karena takut kena spoiler, gue baru bisa nonton hari Jumat, 27 April 2018. ;)
Apakah filmnya sesuai ekspektasi?
Gue bakalan bahas filmnya, dan
mungkin akan sedikit mengandung spoiler. Buat temen-temen yang belum nonton dan
nggak mau kena spoiler, jangan lanjut baca ya.
Tapi kalau udah nonton atau nggak
keberatan spoiler ya silahkan lanjut. :D
Gue nonton Avengers Infinity War sebagai seorang penggemar film MCU, dan penggemar film aksi dengan konsep martial art. Jadi, ekspektasi gue terhadap film ini cukup tinggi, terutama
aksinya.
Gue rasa kerja keras Marvel Studios
selama 10 tahun ini berhasil. Avengers Infinity War punya plot bagus, aksi memukau, interaksi antar karakter yang asik dan
ending nggak ketebak. Beberapa orang
bakalan bilang kalau endingnya gantung, dan nggak sesuai ekspektasi (sad ending). Tapi, ada juga yang menganggap
kalau ini adalah ending terbaik dari
semua film MCU. Gue, sih nggak mempermasalahkan endingnya, cuma sempet kaget
karena nggak nyangka banget.
Dulu gue pernah nulis (disini), bahwa gue pengen Avengers Infinity War dibikin serius. Nggak terlalu banyak jokes kayak di Thor Ragnarok. Gue pengen filmnya dibikin seakan dunia beneran mau kiamat. Dan bener aja. Filmnya lebih dark. Lebih menegangkan. Lebih intens. Dengan plot dan ending yang kayak gitu mungkin Avengers Infinity War menjadi film paling kelam di Marvel Cinematic Universe.
Avengers Infinity War langsung tancap gas dari awal. Nggak ada basa-basi. Nggak ada adegan tempelan. Semuanya adegan penting, dengan jokes yang asik di beberapa scene. Russo Brothers nggak perlu lagi ngenalin karakter superhero yang ada karena udah dikenalin di film-film MCU sebelumnya. Untuk penonton awam dan nggak ngikutin MCU, mungkin akan sedikit bingung dengan beberapa karakter dan plot yang berkaitan dengan Infinity Stones. Makanya penting juga untuk nonton film-film MCU yang lain sebelum nonton Avengers Infinity War.
Avengers Infinity War langsung tancap gas dari awal. Nggak ada basa-basi. Nggak ada adegan tempelan. Semuanya adegan penting, dengan jokes yang asik di beberapa scene. Russo Brothers nggak perlu lagi ngenalin karakter superhero yang ada karena udah dikenalin di film-film MCU sebelumnya. Untuk penonton awam dan nggak ngikutin MCU, mungkin akan sedikit bingung dengan beberapa karakter dan plot yang berkaitan dengan Infinity Stones. Makanya penting juga untuk nonton film-film MCU yang lain sebelum nonton Avengers Infinity War.
Thanos bener-bener superior. Skill berantemnya ajib banget. Pendalaman karakternya juga dieksekusi dengan baik. Sebagai
penonton gue jadi ngerti dengan tujuan dan motivasinya.
Perkembangan beberapa karakternya juga gokil. Skill bertarung Scarlet Witch meningkat pesat, terutama one on one. Banyak trik dan sihir yang diperlihatkan Doctor Strange. Lalu, ada teknologi kostum baru Iron Man yang keren banget. Gue biasanya agak males ngeliat Iron Man yang banyak mengandalkan teknologi pas berantem tanpa unsur beladiri-nya, kecuali di Captain America: Civil War. Tapi di film ini gue suka semua aksinya.
Gue pribadi
bisa bilang kalau Avengers Infinity War punya adegan berantem paling banyak dan paling keren dari film-film MCU sebelumnya. Entah kenapa gue selalu suka gaya bertarung yang disajikan oleh Russo Brothers. Dua film mereka sebelumnya ( Captain America: Winter Soldier & Captain America: Civil War) juga punya adegan berantem yang gokil-gokil.
Plotnya gue suka.
Aksinya keren banget.
Endingnya parah.
Yang kurang apa?
Memang bukan film yang sempurna.
Menurut gue ada dua poin yang kurang dari film ini.
Pertama: BLACK ORDER
Source: ZachBobBob (DeviantArt)
Black Order ini kurang diekspolitasi.
Perannya di film yang punya tugas ngerebut dua Infinity Stone di bumi udah pas sebenernya. Cuma latar belakangnya
nggak digali cukup dalam. Yang paling ngecewain gue sih cara matiin Black Order yang kesannya ‘mati konyol’.
Matinya Black Order ini kayaknya
gampang banget.
Padahal, setiap kali Black Order muncul, gue selalu seneng
banget, karena berantemnya pasti seru. Mereka kuat banget. Asli. Punya skill
beladiri yang dewa-dewa. Makanya tiap anggota Black Order mati gue selalu mbatin, “loh kok udah mati aja?”. Kesannya gampang banget. Terutama kematian
Ebony Maw yang kemampuannya paling gue suka.
Sayang banget, sih mereka tampilnya
nggak terlalu lama. Matinya juga ‘gitu doang’. Mungkin alasan kenapa mereka
‘gitu doang’ ada di poin kedua.
Kedua: DURASI
Dari awal pengumuman yang bilang
kalau Avengers Infinity War durasinya
156 menit (dua jam 36 menit), gue aja udah bertanya-tanya. Beneran durasinya segitu doang?
Parahnya mendekati hari H, ternyata
durasinya malah turun jadi 149 menit alias turun 7 menit dari durasi awal. Gue selalu mikir, emang bisa
ya menyajikan cerita Avengers Infinity
War dengan karakter yang begitu banyak dengan durasi segitu?
Gue nggak meragukan kemampuan Russo
Brothers, malahan bisa gue bilang mereka sutradara terbaik di MCU sejauh ini.
Sebelumnya di Captain America: Civil War
dengan superhero yang begitu banyak, mereka bisa membagi porsi masing-masing karakter
dengan pas. Di Avengers Infinity War mereka
juga bisa melakukan itu. Cuma ‘mungkin’ karena terbatasnya durasi, makanya ada
karakter yang agak kurang diekspolitasi, terutama Black Order. Beberapa superhero juga nggak punya scene terlalu banyak, kayak Winter
Soldier atau Black Panther.
Tapi ini cuma opini gue. Kalau
punya pendapat lain ya monggo. Hehe
Secara keseluruhan gue salut sama
Russo Brothers yang bikin Avengers
Infinity War jadi tontonan yang luar biasa dan menghibur tentunya. Untuk film ini gue bisa kasih 8.5/10.
Dah.
Gitu aja.
Gih, sana nonton. :P
Pertamax
BalasHapusNtab...
Hapus