Baper.
Bawa Perasaan.
Sebuah ungkapan.
Entah siapa yang pertama kali menemukan.
Entah siapa yang pertama kali menemukan.
Apa sih artinya?
………………….
Jadi, gue melakukan sedikit pencarian
dan bertanya ke beberapa temen gue tentang apa itu ‘BAPER’. Dari penjelasan
mereka, gue akhirnya membagi ‘baper’ menjadi tiga versi.
VERSI PERTAMA.
Baper adalah suatu keadaan dimana seseorang mudah merasakan apa yang dia
saksikan atau alami.
Jadi, bisa kita simpulkan bahwa baper adalah saat dimana kita melibatkan
perasaan kita dalam suatu peristiwa yang kita alami. Umumnya, sih perasaan
yang membuat kita jadi tidak nyaman, tidak enak, atau bersedih.
Alurnya kurang lebih kayak gini.
Baper ada adegan (ekstrem, menyentuh, mengharukan, dsb.) langsung kebawa perasaan (sedih, kecewa, nggak enak, dsb.)
Contoh:
Saat kita nonton film romantis. Kemudian kita pengen juga diperlakukan
romantis sama pasangan kita. *baper*
Atau pas kita nonton adegan seorang anak kecil yang menangis karena
kehilangan ibunya, kemudian kita ikutan menangis. *baper*
Atau pas kita nonton adegan ciuman di bioskop, kemudian kita pengen juga
nyium orang di sebelah kita. Nah…, yang ini nafsu namanya.
VERSI KEDUA.
Baper adalah saat kita terlalu sensitif terhadap perlakuan lawan jenis, sehingga
kita lebih mengutamakan perasaan daripada logika.
Intinya sih, terlalu berlebihan dalam
menangkap perlakuan dari lawan jenis. Nah, untuk urusan ini biasanya cewek yang
mendominasi. Sebenernya versi pertama juga sama sih, cewek juga yang
mendominasi. Karena, seperti yang kita tahu bahwa perasaan cewek itu sensitif banget.
Contoh:
Cewek: Lo kok males banget, sih.
Cowok: Masa sih?
Cewek: Iye. Perasaan kerjaan lo cuma tidur deh. -_-
Cowok: Gue punya kerjaan lain, kok.
Cewek: Apaan?
Cowok: Bikin puisi cinta buat lo.
Cewek: (baper).
Nah, tuh. Kadang cewek tuh baper di gombalin doang. :p
Tapi kembali pada pribadi cewek masing-masing. Nggak setiap cewek itu baper kalau digombalin kayak gitu.
Tapi kembali pada pribadi cewek masing-masing. Nggak setiap cewek itu baper kalau digombalin kayak gitu.
Jangan suka bikin baper
seorang cewek, deh. Sensitif hatinya. Ntar pas baper, lonya yang repot.
Cowok juga jangan ke-GR-an kalau di gombalin cewek cakep. Jangan terlalu berharap. Entar sok-sok-an bilang korban PHP. :p
Cowok juga jangan ke-GR-an kalau di gombalin cewek cakep. Jangan terlalu berharap. Entar sok-sok-an bilang korban PHP. :p
VERSI KETIGA.
Baper adalah keadaan dimana seseorang menganggap serius sesuatu yang
seharusnya tidak dianggap serius.
Versi yang ini lebih mengarah ke
orang yang tersinggung oleh suatu hal, padahal hal tersebut hanya dimaksudkan untuk
canda tawa.
Contoh:
Rian, Hari, dan Tomi sedang asik ngobrol. Di sela-sela pembicaraan, Rian ngajak
temen-temenya untuk nonton.
Rian: Eh, nanti kita nonton yuk !
Tomi: Nonton apaan?
Rian: Civil War
Hari: Ayuk-ayuk.
Rian: Lo kan nggak diajak Har.
Hari: Oh. Yaudah. *baper*
Rian: Yaelah. Gitu aja baper. Bercanda gue, Har. Hahaha
Nah, itu contohnya. Hari baper
gara-gara nggak diajak nonton. Padahal nggak diajaknya itu cuma bercanda doang.
***
Untuk VERSI KETIGA ini, gue pengen bahas lebih lanjut.
Kadang gue suka bingung sama
penggunaan kata ‘baper’. Mentang-mentang
ada kata baper, sekarang apa-apa dibilang baper. Dihina dikit, tersinggung,
dibilang baper. Dimaki dikit, tersinggung, dibilang baper. Dibully dikit,
tersinggung, dibilang baper.
Kalau cuma nggak diajak nonton kayak
tadi sih, masih wajar ketika orang bilang baper, karena memang bercanda. Tapi,
ada beberapa kejadian yang bercanda-nya itu kelewatan.
Contoh:
Rian: eh, lu tuh bego banget, sih. Lima kali lima aja gak bisa.
Bejo: Sorry. Gue emang bego. *baper*
Rian: Makanya belajar. Gitu aja nggak bisa. Lima kali lima kan empat
puluh.
Nah, ini nih yang kadang persepsi
orang itu salah. Sebenarnya nggak masalah menggunakan kata baper sebagai kata
sehari-hari. Tapi, masalahnya adalah beberapa orang menggunakan kata ini kepada
siapa saja tanpa pandang bulu. Semua dianggap sama rata. Mereka nggak mau membedakan
mana orang yang mudah tersinggung dan mana yang nggak mudah tersinggung.
Memang, niatnya mungkin untuk
bercanda atau memancing canda tawa. Masalahnya ada orang yang mudah tersinggung.
Jadi, seharusnya mereka yang suka kelewatan dalam bercanda juga mikir gimana
perasaan orang yang dibego-begoin misalnya. Tapi, faktanya nggak. Ujung-ujungnya
kalau udah ada yang tersinggung, si kampret ini cuma bilang, “baper, lu”.
Lagian orang yang bilang baper ke mereka
yang diperlakukan kayak gitu, tuh aneh banget. Pertanyaannya, emang siapa sih
yang mau dihina, dimaki, atau direndahkan?
Gue nggak tahu kenapa orang-orang
pada suka menggunakan kata ini. Apalagi kalau ada orang yang suka baper-baperin
orang lain, padahal dia sendiri suka baper.
Setiap orang pasti pernah
tersinggung. Jadi wajar aja kalau misalnya dia dihina kemudian baper. Gue nggak
suka aja sama orang yang bilang baper ke orang yang udah jelas-jelas
tersinggung. Padahal, bisa jadi di situasi yang sama orang yang nge-baper-in
itu akan merasakan hal yang sama.
Dalam perkumpulan pertemanan pasti
ada aja salah satu yang dibully. Dilihat dari kasat mata mungkin orang itu akan
terlihat biasa aja dan menerima apa yang dilakukan teman-temannya yang lain.
Tapi, bagaimana dengan hatinya. Ketika orang ini adalah tipe perasa dan
tertutup, hinaan dari teman-temannya ini akan dia bawa ke rumah. Dia akan
dihantui oleh hinaan itu, lalu memikirkan kebenaran akan hal itu. Ketika dia
membenarkan apa yang dikatakan teman-temannya, maka masalah pun akan datang. Ketika
seorang temannya mengatakan hal yang sama tentang kebenaran itu, maka dia akan mudah
sekali tersinggung. Karena, kebenaran akan hinaan itu udah tertanam di dalam
hatinya.
Hal ini tentu akan berbahaya jika dilakukan
secara berulang-ulang. Apalagi orang yang mudah tersinggung biasanya akan mudah
sakit hati. Sakit hati yang terkumpul, kemungkinan akan memicu adanya balas
dendam. Dan mungkin akibatnya akan fatal.
Lain halnya kalau kita ngebully atau
ngerendahin orang yang santai, nggak pedulian, dan terbuka. Hasilnya pasti akan
berbeda. Namanya juga orang yang nggak pedulian. Jadi, kalau dibego-begoin ya
bodo amat. Toh, dia ini biasanya suka melakukan hal yang sama ke
temen-temennya. Jadi, ya biasa aja.
Terlepas dari masalah tersebut, gue bisa bilang bahwa baper merupakan sebuah kebutuhan. Baper membuat kita senang saat jatuh cinta. Baper membuat kita menangis saat kehilangan. Baper juga membuat kita marah saat terhina. Baper adalah hal yang wajar, karena setiap orang pasti pernah 'membawa perasaan' mereka ke dalam kejadian yang mereka alami.
Baper versi ketiga ini juga mengajarkan bahwa kita harus
memperhatikan setiap kata yang keluar dari mulut kita. Mulut-mu, harimau-mu. Salah-salah dikit, ucapan kita akan membuat
orang lain tersinggung atau sakit hati. Kita pasti pernah membuat orang lain tersinggung
karena ucapan kita. Tapi, sebagai manusia yang seharusnya selalu belajar, kita bisa
mengambil pelajaran dari kejadian itu agar tidak terulang kembali.
Kejadian-kejadian di masa lalu, baik
yang baik maupun yang buruk adalah kumpulan dari pengalaman diri. Masa lalu
tidak bisa terulang kembali. Jadi, jangan terlalu menyesali apa yang sudah
terjadi. Pengalaman bukan untuk disesali, tapi untuk dijadikan pelajaran agar
kita mawas diri.
Jangan pernah mengabaikan sebuah
pengalaman, karena pengalaman adalah guru yang terbaik.
Jaga sikap. Jaga lisan. Dan jaga hati…,
terutama yang abis ketemu mantan.
Thanks for reading. See you next
time. Dah.
Kalo ada yang diemin waktu kamu ajak ngobrol, jangan baper yah :p
BalasHapusKalau itu mah nggak baper kak, tapi kesel... sama aja ya... haha.. =D
HapusKalo baper itu..ya..makan :D
BalasHapusPlis. Itu laper mbak. -_-
Hapus