WeW: Baper-Baper Dahulu, Lalu Nangis Kemudian
Minggu, 20 Maret 2016

Baper-Baper Dahulu, Lalu Nangis Kemudian


Baper.

Bawa Perasaan.

Sebuah ungkapan.

Entah siapa yang pertama kali menemukan.

Apa sih artinya?

………………….

Jadi, gue melakukan sedikit pencarian dan bertanya ke beberapa temen gue tentang apa itu ‘BAPER’. Dari penjelasan mereka, gue akhirnya membagi ‘baper’ menjadi tiga versi.

VERSI PERTAMA.

Baper adalah suatu keadaan dimana seseorang mudah merasakan apa yang dia saksikan atau alami.
Jadi, bisa kita simpulkan bahwa baper adalah saat dimana kita melibatkan perasaan kita dalam suatu peristiwa yang kita alami. Umumnya, sih perasaan yang membuat kita jadi tidak nyaman, tidak enak, atau bersedih.

Alurnya kurang lebih kayak gini.

Baper ada adegan (ekstrem, menyentuh, mengharukan, dsb.) langsung kebawa perasaan (sedih, kecewa, nggak enak, dsb.)

Contoh:

Saat kita nonton film romantis. Kemudian kita pengen juga diperlakukan romantis sama pasangan kita. *baper*



Atau pas kita nonton adegan seorang anak kecil yang menangis karena kehilangan ibunya, kemudian kita ikutan menangis. *baper*

Atau pas kita nonton adegan ciuman di bioskop, kemudian kita pengen juga nyium orang di sebelah kita. Nah…, yang ini nafsu namanya.


VERSI KEDUA.

Baper adalah saat kita terlalu sensitif terhadap perlakuan lawan jenis, sehingga kita lebih mengutamakan perasaan daripada logika.

Intinya sih, terlalu berlebihan dalam menangkap perlakuan dari lawan jenis. Nah, untuk urusan ini biasanya cewek yang mendominasi. Sebenernya versi pertama juga sama sih, cewek juga yang mendominasi. Karena, seperti yang kita tahu bahwa perasaan cewek itu sensitif banget.

Contoh:

Cewek: Lo kok males banget, sih.
Cowok: Masa sih?
Cewek: Iye. Perasaan kerjaan lo cuma tidur deh. -_-
Cowok: Gue punya kerjaan lain, kok.
Cewek: Apaan?
Cowok: Bikin puisi cinta buat lo.
Cewek: (baper).

Nah, tuh. Kadang cewek tuh baper di gombalin doang. :p

Tapi kembali pada pribadi cewek masing-masing. Nggak setiap cewek itu baper kalau digombalin kayak gitu.

Jangan suka bikin baper seorang cewek, deh. Sensitif hatinya. Ntar pas baper, lonya yang repot.

Cowok juga jangan ke-GR-an kalau di gombalin cewek cakep. Jangan terlalu berharap. Entar sok-sok-an bilang korban PHP. :p


VERSI KETIGA.

Baper adalah keadaan dimana seseorang menganggap serius sesuatu yang seharusnya tidak dianggap serius.

Versi yang ini lebih mengarah ke orang yang tersinggung oleh suatu hal, padahal hal tersebut hanya dimaksudkan untuk canda tawa.

Contoh:

Rian, Hari, dan Tomi sedang asik ngobrol. Di sela-sela pembicaraan, Rian ngajak temen-temenya untuk nonton.
Rian: Eh, nanti kita nonton yuk !
Tomi: Nonton apaan?
Rian: Civil War
Hari: Ayuk-ayuk.
Rian: Lo kan nggak diajak Har.
Hari: Oh. Yaudah. *baper*
Rian: Yaelah. Gitu aja baper. Bercanda gue, Har. Hahaha

Nah, itu contohnya. Hari baper gara-gara nggak diajak nonton. Padahal nggak diajaknya itu cuma bercanda doang.

***

Untuk VERSI KETIGA ini, gue pengen bahas lebih lanjut.

Kadang gue suka bingung sama penggunaan kata ‘baper’.  Mentang-mentang ada kata baper, sekarang apa-apa dibilang baper. Dihina dikit, tersinggung, dibilang baper. Dimaki dikit, tersinggung, dibilang baper. Dibully dikit, tersinggung, dibilang baper.

Kalau cuma nggak diajak nonton kayak tadi sih, masih wajar ketika orang bilang baper, karena memang bercanda. Tapi, ada beberapa kejadian yang bercanda-nya itu kelewatan.

Contoh:

Rian: eh, lu tuh bego banget, sih. Lima kali lima aja gak bisa.
Bejo: Sorry. Gue emang bego. *baper*
Rian: Makanya belajar. Gitu aja nggak bisa. Lima kali lima kan empat puluh.

Nah, ini nih yang kadang persepsi orang itu salah. Sebenarnya nggak masalah menggunakan kata baper sebagai kata sehari-hari. Tapi, masalahnya adalah beberapa orang menggunakan kata ini kepada siapa saja tanpa pandang bulu. Semua dianggap sama rata. Mereka nggak mau membedakan mana orang yang mudah tersinggung dan mana yang nggak mudah tersinggung.

Memang, niatnya mungkin untuk bercanda atau memancing canda tawa. Masalahnya ada orang yang mudah tersinggung. Jadi, seharusnya mereka yang suka kelewatan dalam bercanda juga mikir gimana perasaan orang yang dibego-begoin misalnya. Tapi, faktanya nggak. Ujung-ujungnya kalau udah ada yang tersinggung, si kampret ini cuma bilang, “baper, lu”.

Lagian orang yang bilang baper ke mereka yang diperlakukan kayak gitu, tuh aneh banget. Pertanyaannya, emang siapa sih yang mau dihina, dimaki, atau direndahkan?

Gue nggak tahu kenapa orang-orang pada suka menggunakan kata ini. Apalagi kalau ada orang yang suka baper-baperin orang lain, padahal dia sendiri suka baper.

Setiap orang pasti pernah tersinggung. Jadi wajar aja kalau misalnya dia dihina kemudian baper. Gue nggak suka aja sama orang yang bilang baper ke orang yang udah jelas-jelas tersinggung. Padahal, bisa jadi di situasi yang sama orang yang nge-baper-in itu akan merasakan hal yang sama.

Dalam perkumpulan pertemanan pasti ada aja salah satu yang dibully. Dilihat dari kasat mata mungkin orang itu akan terlihat biasa aja dan menerima apa yang dilakukan teman-temannya yang lain. Tapi, bagaimana dengan hatinya. Ketika orang ini adalah tipe perasa dan tertutup, hinaan dari teman-temannya ini akan dia bawa ke rumah. Dia akan dihantui oleh hinaan itu, lalu memikirkan kebenaran akan hal itu. Ketika dia membenarkan apa yang dikatakan teman-temannya, maka masalah pun akan datang. Ketika seorang temannya mengatakan hal yang sama tentang kebenaran itu, maka dia akan mudah sekali tersinggung. Karena, kebenaran akan hinaan itu udah tertanam di dalam hatinya.

Hal ini tentu akan berbahaya jika dilakukan secara berulang-ulang. Apalagi orang yang mudah tersinggung biasanya akan mudah sakit hati. Sakit hati yang terkumpul, kemungkinan akan memicu adanya balas dendam. Dan mungkin akibatnya akan fatal.

Lain halnya kalau kita ngebully atau ngerendahin orang yang santai, nggak pedulian, dan terbuka. Hasilnya pasti akan berbeda. Namanya juga orang yang nggak pedulian. Jadi, kalau dibego-begoin ya bodo amat. Toh, dia ini biasanya suka melakukan hal yang sama ke temen-temennya. Jadi, ya biasa aja.

Terlepas dari masalah tersebut, gue bisa bilang bahwa baper merupakan sebuah kebutuhan. Baper membuat kita senang saat jatuh cinta. Baper membuat kita menangis saat kehilangan. Baper juga membuat kita marah saat terhina. Baper adalah hal yang wajar, karena setiap orang pasti pernah 'membawa perasaan' mereka  ke dalam kejadian yang mereka alami.


Baper versi ketiga ini juga mengajarkan bahwa kita harus memperhatikan setiap kata yang keluar dari mulut kita. Mulut-mu, harimau-mu. Salah-salah dikit, ucapan kita akan membuat orang lain tersinggung atau sakit hati. Kita pasti pernah membuat orang lain tersinggung karena ucapan kita. Tapi, sebagai manusia yang seharusnya selalu belajar, kita bisa mengambil pelajaran dari kejadian itu agar tidak terulang kembali.

Kejadian-kejadian di masa lalu, baik yang baik maupun yang buruk adalah kumpulan dari pengalaman diri. Masa lalu tidak bisa terulang kembali. Jadi, jangan terlalu menyesali apa yang sudah terjadi. Pengalaman bukan untuk disesali, tapi untuk dijadikan pelajaran agar kita mawas diri.

Jangan pernah mengabaikan sebuah pengalaman, karena pengalaman adalah guru yang terbaik.

Jaga sikap. Jaga lisan. Dan jaga hati…, terutama yang abis ketemu mantan.


Thanks for reading. See you next time. Dah.




4 komentar:

  1. Kalo ada yang diemin waktu kamu ajak ngobrol, jangan baper yah :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau itu mah nggak baper kak, tapi kesel... sama aja ya... haha.. =D

      Hapus

WeW